PUSH UP

on Kamis, 02 September 2010
Ada seorang Profesor mata kuliah Religi yang bernama Dr.Christianson yang
mengajar di sebuah perguruan tinggi kecil di bagian barat Amerika Serikat.
Dr. Christianson mengajar ke-Kristenan di perguruan tinggi ini dan setiap
siswa semester pertama diwajibkan untuk mengikuti kelas ini. Sekalipun Dr.
Christianson berusaha keras menyampaikan intisari Injil kepada kelasnya, ia
menemukan bahwa kebanyakan siswanya memandang materi yang diajarnya sebagai
suatu kegiatan yang membosankan. Meskipun ia sudah berusaha sebaik mungkin,
kebanyakan siswa menolak untuk menanggapi Kekristenan secara serius.

Tahun ini, Dr. Christianson mempunyai seorang siswa yang spesial yang
bernama, Steve. Steve belajar dengan tujuan untuk melanjutkan studinya ke
seminari dan mau masuk ke dalam pelayanan. Steve seorang yang popular, ia
disukai banyak orang, dan seorang atlet yang memiliki fisik yang prima dan
ia merupakan siswa terbaik di kelas professor itu.

Suatu hari, Dr Christanson meminta Steve untuk tidak langsung pulang setelah
kuliah karena ia mau berbicara kepadanya. "Berapa push up yang bisa kamu
lakukan?" Steve menjawab, "Saya melakukan sekitar 200 setiap malam."
"200? Lumayan itu, Steve," Dr. Christianson melanjutkan. "Apakah kamu dapat
melakukan 300?" Steve menjawab, "Saya tidak tahu. Saya tidak pernah
melakukan 300 sekaligus." "Apakah kamu pikir kamu dapat melakukannya? "
tanya Dr.Christianson. "Ok, saya bisa coba," jawab Steve.

"Saya mempunyai satu proyek di kelas dan saya memerlukan kamu untuk
melakukan 10 push up setiap kali, tapi sebanyak 30 kali, jadi totalnya 300.
Dapatkah kamu melakukannya? " tanya sang profesor. Steve menjawab, "Baiklah,
saya pikir saya bisa. Ok, saya akan melakukannya. " Dr Christianson berkata,
"Bagus sekali! Saya memerlukan Anda untuk melakukannya Jumat ini." Dr
Christianson menjelaskan kepada Steve apa yang ia rencanakan untuk kelas
mereka pada Jumat itu.

Pada hari Jumat, Steve datang awal ke kelas dan duduk di bagian depan kelas.
Saat kelas bermula, sang profesor mengeluarkan satu kotak besar donut. Bukan
donut yang biasa tetapi yang besar dan yang punya krim di tengah-tengah.
Setiap orang sangat bersemangat karena kelas itu merupakan kelas terakhir
pada hari itu dan mereka bisa menikmati akhir pekan mereka setelah pesta di
kelas Dr Christianson.

Dr. Christianson pergi ke baris pertama dan bertanya, "Cynthia, apakah kamu
mau salah satu dari donut ini?" Cynthia menjawab, "Ya". Dr. Christianson
lalu berpaling kepada Steve, "Steve, apakah kamu mau melakukan 10 push up
agar Cynthia bisa mendapatkan donut ini?" "Tentu saja!" Steve lalu melompat
ke lantai dan dengan cepat melakukan 10 push up. Lalu Steve kembali ke
tempat duduknya. Dr.Christianson meletakkan satu donut di meja Cynthia.


Dr. Christianson lalu pergi siswa selanjutnya, dan bertanya, "Joe, apakah
kamu mau suatu donut?" Joe berkata, "Ya." Dr. Christianson bertanya, "Steve,
maukah kamu melakukan 10 push up supaya Joe bisa mendapatkan donutnya?"


Steve melakukan 10 push up, dan Joe mendapatkan donutnya. Begitulah
selanjutnya, di baris yang pertama. Steve melakukan 10 push up untuk setiap
orang sebelum mereka mendapatkan donut mereka. Di baris yang kedua, Dr.
Christianson berhadapan dengan Scott. Scott seorang pemain basket, dan
fisiknya sekuat Steve. Ia juga seorang yang sangat popular dan punya banyak
teman wanita.

Saat profesor bertanya, "Scott apakah kamu mau donut?" Jawaban Scott adalah,
"Baiklah, bisakah saya melakukan push up saya sendiri?" Dr.
Christianson berkata, "Tidak, Steve harus melakukannya. " Lalu Scott
berkata, "Kalau begitu, saya tidak mau donutnya." Dr. Christianson
mengangkat bahunya dan berpaling kepada Steve dan meminta, "Steve, apakah
kamu mau melakukan 10 push up agar Scott bisa mendapatkan donut yang tidak
ia kehendaki?" Dengan ketaatan yang sempurna Steven mulai melakukan 10 push
up. Scott berteriak, "HEI! Saya sudah berkata, saya tidak menginginkannya!

" Dr Christianson berkata, "Lihat di sini! Ini kelas saya dan semuanya ini
donut saya. Biarkan saja di atas meja jika kamu tidak menginginkannya. " Ia
lalu menempatkan satu donut di atas meja Scott.

Di waktu ini, Steve sudah mulai melakukan push up dengan agak perlahan. Ia
hanya duduk di lantai saja karena terlalu capek untuk kembali ke tempat
duduknya. Ia mulai berkeringat. Dr. Christianson mulai di baris ketiga.
Para siswa sudah mulai merasa marah. Dr Christianson bertanya kepada Jenny,

"Jenny, apakah kamu mengingikan donut ini?" Dengan tegas Jenny menjawab,

"Tidak." Lalu Dr. Christianson bertanya Steve, "Steve, maukah kamu melakukan

10 push up lagi agar Jenny bisa mendapatkan donut yang tidak ia mau?"

Steve melakukan 10 push up dan Jenny mendapatkan satu donut. Ruang sudah
mulai dipenuhi oleh rasa tidak nyaman. Para siswa sudah mulai berkata,"Tidak! " dan semua donut dibiarkan di atas meja tanpa ada yang
memakannya. Steve sudah kelelahan dan harus berusaha keras untuk tetap terus
melakukan push up untuk setiap donut itu. Lantai tempat ia melakukan push up
sudah dibasahi keringatnya dan lengannya sudah mulai kemerahan. Dr. Christianson bertanya kepada Robert, seorang ateis yang paling lantang
suaranya kalau berdebat di kelas, apakah ia mau membantu untuk memastikan
bahwa Steve tidak curang dan tetap melakukan 10 push up untuk setiap donut
karena dia sendiri sudah tidak sanggup melihat Steve melakukan push upnya.

Dr. Christianson sudah sampai ke baris ke-empat sekarang. Dan beberapa siswa
dari kelas yang lain yang sudah bergabung di kelas itu dan mereka duduk di
tangga. Saat profesor menghitung kembali, ternyata ada 34 siswa sekarang di
kelas. Ia mulai khawatir apakah Steve dapat melakukannya. Dr.Christianson melanjutkan dari satu siswa ke siswa yang selanjutnya sampai ke akhir baris itu. Dan Steve sudah mulai bergumul. Ia membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan push up-nya.

Steve bertanya kepada Dr. Christianson, "Apakah hidung saya harus menyentuh lantai untuk setiap push up yang saya lakukan?"

Dr.Christianson berpikir sejenak dan berkata, "Semuanya ini push up kamu. Kamu yang pegang kendali. Kamu bisa melakukan apa saja yang kamu mau." Dan Dr. Christianson melanjutkan ke siswa yang selanjutnya.


Beberapa saat kemudian, Jason, seorang siswa dari kelas lain dengan santai
mau masuk ke kelas, dan sebelum ia melangkahi masuk, seluruh kelas berteriak
serentak, "JANGAN! Jangan masuk! Kamu berdiri di luar saja!"

Jason kaget karena ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Steve mengangkat
kepalanya dan berkata, "Tidak, biarkan dia masuk."

Professor Christianson berkata, "Kamu sadar bahwa jika Jason masuk, kamu
harus melakukan 10 push up untuk dia?"

Steve berkata, "Ya, biarkan dia masuk. Berikan donut kepadanya."

Dr.Christianson berkata, "Ok Steve. Jason, kamu mau donut?" Jason yang baru
masuk ke kelas dan tidak tahu apa-apa menjawab, "Ya, tentu saja, berikan
saya donut."


Steve melakukan 10 push up dengan sangat perlahan dan bersusah payah. Jason
yang kebingungan diberikan satu donut. Dr. Christianson sudah selesai dengan
baris ke-empat dan mulai ke tempat siswa-siswa dari kelas lain yang duduk di
tangga.


Tangan Steve sudah mulai gemetaran dan ia harus bergumul untuk mengangkat
dirinya melawan tarikan gravitas. Di waktu ini, keringatnya bercucuran, dan
tidak kedengaran apa-apa kecuali bunyi nafasnya yang kencang. Mata setiap
orang di kelas itu mulai basah. Dua siswa terakhir adalah dua siswa
perempuan yang sangat popular, Linda dan Susan.

Dr. Christianson pergi ke Linda, "Linda, apakah kamu mau donut?" Linda

dengan sedih berkata, "Tidak, terima kasih"

Professor Christianson dengan perlahan bertanya, "Steve, maukah kamu
melakukan 10 push up supaya Linda bisa mendapatkan donut yang tidak ia mau?"

Dengan pergumulan yang berat, Steve dengan perlahan melakukan push-up untuk
Linda. Lalu Dr Christianson berpaling kepada siswa yang terakhir,Susan.

"Susan, kamu mau donut ini?"

Susan dengan air mata yang berlinangan di pipinya mulai menangis.

"Dr Christianson, mengapa saya tidak boleh membantunya? "

Dr. Christianson, dengan mata yang berkaca-kaca berkata, "Tidak, Steve harus
melakukannya sendiri; saya telah memberinya tugas itu dan ia bertanggungjawab untuk memastikan setiap orang mempunyai kesempatan untuk
mendapat donut itu, tidak kira apakah mereka menginginkannya atau tidak.

Hanya Steve seorang saja yang mempunyai nilai yang sempurna. Setiap orang
telah gagal dalam ujian mereka, mereka entah bolos kelas atau memberikan
saya tugas yang di bawah standar. Steve memberitahu saya di latihan
football, saat seorang pemain buat salah, ia harus buat push up. Saya
memberitahu Steve bahwa tidak seorang pun dari kalian yang boleh datang ke
pesta saya melainkan ia membayar harga dengan melakukan push up bagi kalian.

Steve dan saya telah membuat perjanjian demi kalian semua."

"Steve, maukah kamu membuat 10 push up supaya Susan bisa mendapatkan donut?"

Steve dengan sangat perlahan melakukan 10 push up yang terakhirnya.
Ia tahu ia sudah menyelesaikan semua yang harus dia lakukan. Secara total,

Steve telah melakukan 350 push up, tangannya tidak tahan lagi dan ia jatuh
tersungkur ke lantai.. Dr. Christianson lalu berpaling ke kelas dan berkata,

"Dan, demikianlah, Juru Selamat kita, Yesus Kristus, di atas kayu salib, ia
telah melakukan semua yang dibutuhkan olehnya. Ia menyerahkan semuanya. Dan
seperti mereka yang ada di ruangan ini, banyak di antara kita yang
membiarkan hadiah itu begitu saja di atas meja, sama sekali tidak kita
jamah."


Dua siswa mengangkat Steve dari lantai untuk duduk di kursi, walaupun sangat
lelah secara fisik, Steve tersenyum bahagia. "Engkau sudah berbuat dengan
baik, hambaku yang baik dan setia," kata professor dan ia menambahkan,

"Tidak semua khotbah disampaikan dengan kata-kata." Berpaling kepada kelas,
profesor berkata, "Harapan saya adalah kalian dapat memahami dan sepenuhnya
mengerti akan semua kekayaan kasih karunia dan rahmat yang telah diberikan
kepada kalian lewat pengorbanan Yesus Kristus. Allah tidak menyayangkan
putra satu-satu-Nya, tetapi menyerahkan dia untuk kita semua.

Apakah kita memilih untuk menerima menolak karunia-Nya, harganya sudah lunas
dibayar."

"Apakah kita akan menjadi orang yang bodoh dan yang tidak bersyukur dengan
meninggalkan hadiah itu di atas meja?

0 komentar:

Posting Komentar