All Hail The Power Of Jesus Name

on Kamis, 12 Agustus 2010
ALL HAIL THE POWER OF JESUS NAME
Kategori: Cerita - Sejarah
Words: Edward Perronet, 1726 - 1792
Music: "Coronation," Oliver Holdern, 1793

All hail the power of Jesus' Name! Let angels prostrate fall;
Bring forth the royal diadem, and crown Him Lord of all.
Bring forth the royal diadem, and crown Him Lord of all.
Let highborn seraphs tune the lyre, and as they tune it, fall 

Before His face Who tunes their choir, and crown Him Lord of all.
Before His face Who tunes their choir, and crown Him Lord of all.
Crown Him, ye morning stars of light, Who fixed this floating ball;
Now hail the strength of Israel's might, and crown Him Lord of all.

Now hail the strength of Israel's might, and crown Him Lord of all.
Crown Him, ye martyrs of your God, who from His altar call;
Extol the Stem of Jesse's Rod, and crown Him Lord of all.
Extol the Stem of Jesse's Rod, and crown Him Lord of all. 

Ye seed of Israel's chosen race, ye ransomed from the fall,
Hail Him Who saves you by His grace, and crown Him Lord of all.
Hail Him Who saves you by His grace, and crown Him Lord of all.
Hail Him, ye heirs of David's line, Whom David Lord did call, 

The God incarnate, Man divine, and crown Him Lord of all,
The God incarnate, Man divine, and crown Him Lord of all.
Sinners, whose love can ne'er forget the wormwood and the gall,
Go spread your trophies at His feet, and crown Him Lord of all. 

Go spread your trophies at His feet, and crown Him Lord of all.
Let every tribe and every tongue before Him prostrate fall
And shout in universal song the crownèd Lord of all.
And shout in universal song the crownèd Lord of all.


[Bait ini ditambahkan oleh John Rippon pada tahun 1787] 

O that, with yonder sacred throng, we at His feet may fall,
Join in the everlasting song, and crown Him Lord of all,
Join in the everlasting song, and crown Him Lord of all!


Himne ini biasa dikenal dengan sebutan 'Lagu Kebangsaan Umat Kristen'. Himne ini pertama kali muncul pada bulan November 1779, pada majalah Gaspel, diedit oleh AT, pengarang lagu "Rock of Ages". Syair ini telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa dimana kekristenan dikenal dan di mana saja lagu ini dinyanyikan, karena lagu ini mengumandangkan kelaparan spiritual dari hati manusia. Seorang penulis berkata, "Sepanjang masih ada orang Kristen di dunia, lagu ini akan terus dinyanyikan, dan setelah itu di surga."

Edward Perronet dilahirkan di Sundridge, Kent, England pada tahun 1726. Dia adalah keturunan dari keluarga Huguenot, Perancis yang terkenal, yang harus melarikan diri ke Swiss dan kemudian ke Inggris karena penganiayaan agama di Perancis. Ayah Edward adalah seorang pendeta di gereja negara Inggris yang sangat bersimpati dengan gerakan penginjilan yang dipelopori oleh Wesleys dan George Whitefield.

Edward juga menjadi seorang pengkhotbah dalam Gereja Anglikan, tetapi selalu kritis dalam setiap tindakannya. Sekali dia menulis, "Aku dilahirkan dan mungkin akan mati di dalam komuni Gereja Inggris, tetapi aku tidak menyukai omong kosongnya." Tidak lama kemudian, dia keluar dari gereja dan menerjunkan diri sepenuhnya dalam usaha penginjilan yang dilakukan Wesley sepanjang tahun 1740 dan 1750. 
Dalam masa inilah Wesleys dan para pengikutnya mendapatkan penganiayaan dan kekerasan yang paling berat dari orang-orang yang tidak setuju dengan pelayanan mereka. Sehubungan dengan pengalaman-pengalaman itu, Wesleys menuliskan kalimat ini dalam catatan hariannya: "Dari Rockdale kami pergi ke Bolton dan hanya untuk mengetahui bahwa singa-singa di Rockdale hanyalah domba-domba dibandingkan dengan orang-orang yang di Bolton."

Edward Perronet didorong dan dijatuhkan di lumpur. Batu-batu dilemparkan dan kaca-kaca jendela pecah. Hal lain yang menarik sehubungan dengan kedekatan Wesleys dan Perronet adalah sehubungan dengan suatu kejadian, dimana John Wesley mengumumkan bahwa Edward Perronet akan berkhotbah pada kebaktian berikutnya. Sebagai seorang yang 18 tahun lebih muda dari Wesley, Perronet selalu menolak untuk berkhotbah di hadapan para negarawan.

Karena berkeinginan untuk menghindari pertentangan di depan umum, Parronet naik ke atas mimbar dan menjelaskan bahwa dia tidak pernah menyetujui untuk berkhotbah. "Tetapi," dia menambahkan, "Saya akan menyampaikan khotbah terbesar yang pernah diberitakan di bumi."

Dia kemudian membacakan Khotbah di Bukit, lalu duduk. Akhirnya, Perronet, karena kekeraskepalaan dan keinginanbebasnya, mengakibatkan dia berpisah dengan Wesley, khususnya dalam hal: apakah penginjil, seperti halnya pengkhotbah dapat memimpin sakramen-sakramen? Parronet kemudian melanjutkan pelayanannya sebagai pendeta di sebuah gereja 'independen' di Canterbury, Inggris. Kata-kata terakhirnya yang juga dikenang: "Dimuliakanlah Allah di ketinggian ke-Allahan-Nya! Dimuliakanlah, Allah di kedalaman kemanusiaan-Nya! Dimuliakanlah Allah di dalam segala kepenuhan-Nya! Ke dalam tangan-Nya kuserahkan rohku."

Walaupun Perronet menulis banyak himne lainnya dan puisi, banyak dari mereka yang diterbitkan tanpa nama. Lagu ini merupakan satu-satunya lagu yang bertahan. Kesuksesan syair ini, tidak dapat dipungkiri, diperkuat oleh melodinya yang sangat baik. 'Coronation' digubah oleh Oliver Holdern, seorang tukang kayu dari Massachusetts, seorang pemusik autodidak dan seorang guru sekolah menyanyi yang disegani adalah melodi yang paling banyak digunakan di Amerika. 'Miles Lane' oleh William Shrubsole, seorang teman pribadi Parronet, adalah melodi yang paling popular di Inggris, sementara melodi 'Diadem' digubah tahun 1838 oleh James Ellor, seorang awam dari Inggris, merupakan melodi yang paling sering digunakan dalam koor.

Banyak catatan penting yang dapat dihubungkan dengan penggunaan himne ini. Salah satu yang paling luar biasa diceritakan oleh E.P. Scott, seorang pendahulu misi di India. Satu hari dia sedang dihentikan oleh segerombolan suku yang mendekatinya dengan tombak. Secara refleks misionaris tersebut mengeluarkan biolanya dan mulai memainkan dan menyanyikan lagu ini.

Ketika ia mencapai bagian 'biar seluruh keluarga, setiap suku', dia melihat dan terkejut bahwa semua tombak telah diturunkan dan banyak dari orang-orang suku ini menangis. Scott menghabiskan sisa-sisa tahun kehidupannya mengabarkan dan mengajarkan kasih Allah dan pengampunan kepada orang-orang ini. Allah dalam pemeliharaan-Nya mempergunakan sebuah lagu sederhana sebagai sebuah alat untuk memperkenalkan Injil kepada sekumpulan orang-orang barbar yang memerlukan.

Dikutip dari "101 Hymn Stories" oleh Kenneth Osbeck. Kregel Publishers, PO Box 2607, Grand Rapids, MI 49501, 1982

0 komentar:

Posting Komentar